Clickin'Moms

Saturday, September 20, 2008

[Foto Experiment] Action Shots

Mungkin bukan hanya sebuah eksperimen, tapi experiment by doing while going. Ada beberapa unsur kesengajaan, ada juga unsur ketidaksengajaan. Spontaneous juga kayaknya termasuk faktor yang menguntungkan jika berhadapan dengan obyek yang bergerak cepat. Setidaknya memang harus menggunakan aperture yang lebih kuat untuk membekukan action, disambil dengan setting continuous shooting supaya setiap gerakan dapat terekam. Toh jika memang ada yang gagal dapat ditimbun di tempat sampah, sementara yang layak tayang dapat diedit dan disempurnakan dengan cropping, dsb.

Anak-anak sedang bermain di orchard, kebun buah2an. Saat itu sedang ramai-ramainya game di Olimpiade dan mereka tidak ketinggalan menonton semua cabang, termasuk atletik. Salah satunya lari rintangan. Ben meniru melompat gaya atlit2 tersebut, sementara Sarah asyik melompat naik dan turun dari potongan kayu yang tersisa dari pohon Jacaranda yang ditebang dua tahun yang lalu.

action 123action

Ketika masih merawat kupu-kupu Monarch yang berkunjung setiap awal musim Panas di kebun dari telur hingga menjadi kupu-kupu lagi, 'menetasnya' kupu2 dari crysalis-nya merupakan moment yang kami tunggu-tunggu. Saat kepompong hijau sudah berubah menjadi hitam, kami selalu mencek apakah sudah menetas atau belum setiap hari, karena hitungannya itu hanya beberapa jam saja. Kadangkala momentnya tidak tepat, ketika dilihat kepompong sudah kosong dan kupu2 sudah bergantungan di bekas kulit kepompong masing-masing. Moment yang terekam berikut merupakan hasil kesabaran mencek setiap beberapa menit sekali, saat kepompong perlahan membesit dari bawah, kepala muncul perlahan, lalu antena bergerak2 disusul dengan lipatan sayap dan terakhir adalah abdomen yang menyentak keluar. Kupu2 akan bergantung seperti ini hingga sayap mereka lurus selama beberapa jam sampai sayap kuat dan kupu-kupu siap terbang. Menakjubkan. Subhanallah.

hatched

Mencemplungkan buah-buahan ke dalam air memang salah satu eksperimen populer yang sering mencengangkan. Sampai saat ini aku masih belum puas dengan hasil cipratan air ini. Aku menyadari kalau aku kekurangan alat. Karena selama ini aku hanya memegang kamera dengan tangan kanan dan mencemplungkan buah2an dengan tangan kiri, sementara reflector diganjal dengan gelas atau toples gula. Mungkin mereka yang memiliki peralatan perang yang mantap lebih mampu menghasilkan jepretan yang award-winning. Foto dibawah merupakan percobaan pertamaku untuk fruit splash. Masih belajar menggunakan aperture yang tepat serta ISO yang memadai untuk mengimbangi fast shutter.

splash #1

Faktor ketidaksengajaan? Ada banget! Saat aku main ke rumah Mum, lebah2 sedang beterbangan di rerumpunan bunga Clematis. Aku tidak sedang ingin memotret lebah melainkan ingin mengabadikan bunga tersebut. Saat membidik bunga tersebut, seekor lebah mengantarkan kesediaannya dipotret begitu saja, secara spontan aku klik. Jadilah fotonya seperti ini, saat lebah sedang terbang. Lensa yang aku pakai hanya lensa standard 18-55mm saja saat itu.

i've got enough

Karena lebah sekarang sedang ramai bermain di halaman dan kebun, riang rasanya mengabadikan sang pollinator natural ini. Mereka berperan besar di dalam penyerbukan bunga plum, peach, peacherine, apricot, cherry, nectarine, prune, dan pear di kebun. Kalau tidak ada mereka dan tidak diserbuki maka sia-salah buah2an itu menjadi besar. Alhasil, kami pun tidak mendapatkan penghargaan apapun dari kebun. Memble dong. Meskipun sejak awal musim semi aku sudah mencoba menyerbukan sendiri memakai kuas kering, toh lebah menurutku bekerja lebih baik dan dapat menjangkau bagian cabang yang tertinggi yang tak mampu aku jangkau. Buzzing business, a tribute to bees :)

buzzing business 2008

Saat berlibur main ski di Mount Ruapehu, Whakapapa, Taranaki district tempo hari, selesai bermain ski dan beristirahat di puncak tertinggi, aku wara-wiri motretin mereka yang snowboarding melewati rintangan. Aku lihat ada seorang pemburu action shot yang sudah menegakkan tripodnya di sana. Kusapa dia, dan aku sendiri mengambil tempat sedikit lebih jauh dari dia. Tripodku cuma kedua tangan saja, kadang2 ditumpu dengan dengkul. Hanya berbekal lensa 50mm f/1.4, aku mencoba lagi action shots. Kesempatan yang bagus karena sepertinya anak-anak snowboarders itu sudah terbiasa dengan fotografer. Buktinya mereka pasang aksi. Dengan aperture habis di 1/4000, aku klik menggunakan continuous shooting. Ga terasa, 2Gb habis begitu saja, dan harus ganti CF, yang memang sudah aku siapkan sejak di awal keberangkatan. Niat banget memang. Sementara itu si fotografer yang aku sapa beranjak mendekati aku. Kita berkenalan. Namanya Kate dan dia menjual foto2nya ke sebuah agen. Kami hanya mengobrol sesekali saja, karena sama-sama tidak ingin menyia2kan kesempatan mengabadikan moment yang bagus. Dari ratusan kliks yang aku gunakan, hanya 4 yippie shots yang layak aku pajang. Itupun croppingnya diketatkan. Maklum, ga punya wide lens.

yippieyippie2yippie3

Have fun!

1 comment:

Cherublu said...

Hi there,
Your photos are great. I love the one of the glass with the water 'leaping' out.