Minggu ini, saya quote tulisan Michael Ray, seorang food photographer professional, salah satu fotografer favorite sekaligus 'guru' online saya, sbb:
"If there is too much entertainment and not enough information, and you’re failed as a food photographer. Too much information and not enough entertainment (interest) and you have a boring photo".
Bagaimana kaca mata anda menerjemahkan quote ini, tergantung dengan seberapa besar pemahaman anda tentang food photography.
"If there is too much entertainment and not enough information, and you’re failed as a food photographer. Too much information and not enough entertainment (interest) and you have a boring photo".
Bagaimana kaca mata anda menerjemahkan quote ini, tergantung dengan seberapa besar pemahaman anda tentang food photography.
Memahami karakteristik sebuah benda membutuhkan sepasang mata yang kritis. Seberapa detil liku-liku sebuah sajian sepasang mata itu akan dengan seketika mampu menelaah mana tekstur, bentuk, warna, atau dekorasi yang mampu memainkan peranan penting dalam food photography dan akan mampu membuat sajian yang terfoto menjadi sebuah iklan yang representatif.
Anda bisa melihat sebuah steak, misalnya. Bagian mana dari steak yang menurut anda mempunyai karakteristik tersendiri dan mampu menggugah selera orang banyak? Apa yang membuat anda tertarik? Perhatikan lebih lanjut, apakah steak itu sendiri yang membuat anda tertarik, apakah seluruh penyajian, apakah karena cara penyajiannya?
Tentu tidak menarik melihat sebuah steak, plain di atas piring anda. Sepotong daging, apa menariknya? Tapi jika anda bermain dengan sebuah styling, saya yakin sepotong daging yang hampir tidak ada artinya itu akan menjadi lebih menarik. Dengan penambahan potongan wortel, misalnya, mashed potatoes yang lembut, serta salad hijau yang segar, saya yakin anda akan lebih tertarik untuk menikmatinya dan barangkali tertarik untuk mencari tahu dimana steak tersebut dijual.
Begitu juga dengan makanan-makanan yang lainnya. Keindahan sebuah food photography tergantung dengan kritisnya mata anda, pemahaman anda tentang food photography baik secara umum maupun khusus, penguasaan fungsi-fungsi kamera, dan seberapa dalam tekad anda untuk sedikit lebih jauh bereksperimen plus eksplorasi dunia food photography.
Saya perlihatkan kepada anda foto2 hasil jepretan saya yang saya nilai boring:
Apa yang bisa anda lihat di sini? Lelehan coklat? Hanya itu?
Menggunakan macro dalam food photography memang menghasilkan close-up tetapi jika digunakan hanya seperti foto di atas, it is categorized BORING!
Menggunakan macro ya bisa menangkap tekstur sebuah makanan, tapi apa itu cukup? Makanan bukanlah serangga yang memiliki karakteristik bentuk bagian tubuh yang ingin bisa ditangkap secara mendetil karena sangat kecil dan hanya lensa/fungsi macro yang mampu menangkap detil tersebut. Foto di atas termasuk dalam kategori BORING!!
Food photography terdiri dari banyak elemen, yang pernah saya tulis sebelumnya:
FP memerlukan sebuah konsep, yang mampu menceritakan kepada kita semua betapa lezatnya makanan tersebut. Meskipun memakai macro, masih diperlukan setting yang sesuai dengan gagasan semula. Kita tidak perlu membaca deskripsi yang anda tulis, tapi justru tanpa deskripsi pun, foto mustinya sudah 'berbicara' sendiri, sehingga audience punya 'feeling' terhadap foto tsb, dan dapat membayangkan kelezatannya tanpa harus diceritakan. Karena tema kali ini adalah In Love With Food, aku mengharapkan sekali ada 'feeling of love' di dalam foto2 entries nanti. Jika anda punya cinta terhadap makanan, tuangkanlah perasaan itu ke dalam foto anda. Feel, feel and feel. After all, love is all about feeling.
FP tidak memerlukan banyak polesan manipulasi seperti landscape atau abstract photography pada umumnya. Menaikkan brightness-contrast, cropping yang tidak perlu, watermark, dll seperlunya saja. Over saturated akan membuahkan foto yang tidak natural. Over brightness-contrast akan menghilangkan detil di foto anda yang justru memegang peranan penting di dalam presentasi. Over sharpened akan menambah grainy di dalam foto anda, apalagi jika anda salah memakai shutter speed di kondisi tertentu. Jadi pintar2 saja melatih kepekaan mata untuk yang satu ini.
FP memerlukan lighting yang pas, yang mampu mendukung dan menonjolkan detil makanan. Lighting yang terlalu keras akan menghasilkan bantingan bayangan yang keras pula, misalnya bayangan di bawah piring, di sebelah gelas, dsb. Penggunaan diffuser perlu diterapkan di sini, atau geser obyek foto anda lebih jauh dari sumber cahaya. Menggunakan reflector juga sangat membantu untuk membuat seimbang asupan cahaya pada obyek. Namun, juga perlu diperhatikan, terlalu banyak cahaya akan menghasilkan lighting yang flat, tidak berdimensi, dan sekali lagi akan mampu menghilangkan detil makanan tersebut.
FP memerlukan komposisi dengan mempertimbangkan bentuk makanan, berbagai ukuran properties sebagai elemen pendukung, dll. Menggunakan rule of thirds banyak membantu penyesuaian komposisi, meskipun tidak mutlak, tetapi sering berhasil memberikan komposisi yang seimbang. Aku tidak rekomendasi posisi foto miring2 seperti akan tumpah.
FP memerlukan styling, yup! Tanpa styling, makanan tidak akan terlihat menarik. Meskipun memakai property sederhana, jangan jadikan alasan untuk tidak bisa menghasilkan styling yang aduhai. Lihat2 lagi artikel dan link2 yang pernah aku dan Dita berikan di halaman kipas angin, ya.
FP memerlukan aesthetics, erat kaitannya dengan styling. Hewan tidak termasuk dalam faktor estetis dalam FP, tapi bunga kering, keranjang makanan, napkin/serviette, garpu/sendok, dll. Jika anda berani, anda bisa menambahkan faktor 'action', seperti lelehan saus, menuang susu ke dalam teh, dsb.
Dare to challenge yourself, salah satu mottoku buat maju dan berani maju selangkah demi selangkah. Ga ada jiper dan minder spt admin bilang, kalo anda betul2 memperhatikan setiap elemen2 food photography yang aku yakin sudah sering diworo-worokan oleh bu guru Riana di setiap kursus FPnya, aku yakin dari satu foto ke foto yang lainnya anda akan temukan sebuah progress.
Keep jepreeeeeeeeeeeetsss!!!
Coba bandingkan foto2 boring tersebut dengan foto2 di bawah ini:
Bisakah anda menangkap sesuatu yang berbeda? Jika bisa, berarti anda sudah memahami bahwa food photography is not just about macro.
Anda bisa melihat sebuah steak, misalnya. Bagian mana dari steak yang menurut anda mempunyai karakteristik tersendiri dan mampu menggugah selera orang banyak? Apa yang membuat anda tertarik? Perhatikan lebih lanjut, apakah steak itu sendiri yang membuat anda tertarik, apakah seluruh penyajian, apakah karena cara penyajiannya?
Tentu tidak menarik melihat sebuah steak, plain di atas piring anda. Sepotong daging, apa menariknya? Tapi jika anda bermain dengan sebuah styling, saya yakin sepotong daging yang hampir tidak ada artinya itu akan menjadi lebih menarik. Dengan penambahan potongan wortel, misalnya, mashed potatoes yang lembut, serta salad hijau yang segar, saya yakin anda akan lebih tertarik untuk menikmatinya dan barangkali tertarik untuk mencari tahu dimana steak tersebut dijual.
Begitu juga dengan makanan-makanan yang lainnya. Keindahan sebuah food photography tergantung dengan kritisnya mata anda, pemahaman anda tentang food photography baik secara umum maupun khusus, penguasaan fungsi-fungsi kamera, dan seberapa dalam tekad anda untuk sedikit lebih jauh bereksperimen plus eksplorasi dunia food photography.
Saya perlihatkan kepada anda foto2 hasil jepretan saya yang saya nilai boring:
Apa yang bisa anda lihat di sini? Lelehan coklat? Hanya itu?
Menggunakan macro dalam food photography memang menghasilkan close-up tetapi jika digunakan hanya seperti foto di atas, it is categorized BORING!
Menggunakan macro ya bisa menangkap tekstur sebuah makanan, tapi apa itu cukup? Makanan bukanlah serangga yang memiliki karakteristik bentuk bagian tubuh yang ingin bisa ditangkap secara mendetil karena sangat kecil dan hanya lensa/fungsi macro yang mampu menangkap detil tersebut. Foto di atas termasuk dalam kategori BORING!!
Food photography terdiri dari banyak elemen, yang pernah saya tulis sebelumnya:
Coba bandingkan foto2 boring tersebut dengan foto2 di bawah ini:
Bisakah anda menangkap sesuatu yang berbeda? Jika bisa, berarti anda sudah memahami bahwa food photography is not just about macro.
No comments:
Post a Comment